PROLOG
Dinamika perkembangan kota seringkali memicu usaha manusia membentuk ruang untuk berbagai macam aktivitas, interaksi sosial, berbudaya dan sebagainya. Kota-kota besar di Indonesia sudah banyak dibangun oleh masyarakatnya. Bentuk sebuah kota pada masa tertentu menjadi penanda tingkat budaya dan peradaban manusia dalam suatu garis waktu. Dapat disimpulkan bahwa kondisi dan bentuk kota pada masa tertentu adalah cerminan atau penanda bagaimanana kota itu diurus pada zaman tersebut.
Dalam usaha mewakili bentuknya, sebuah kota mempunyai beberapa elemen
fisik yang membentuk citra dan wajah yang dapat mencerminkan identitas kota.
Identitas tersebut merepresentasikan nilai secara keseluruhan yang dapat
memunculkan nilai karakter suatu kawasan yang membedakan dengan kawasan yang
lain. Selain itu identitas pada sebuah kota juga mencerminkan sebagian dari proses
kultural dan budaya serta perilaku manusia yang tinggal dalam kota tersebut.
Dalam
sayembara redesain Tugu Pamulang yang berada di Kota Tangerang Selatan, lebih
tepatnya di Kecamatan Pamulang ini, gagasan desain yang dimunculkan mencoba
menyerap dari nilai-nilai karakter suatu kawasan yang diterjemahkan melalui
bahasa bentuk arsitektural serta menekankan konsep adaptive reuse.
DO(S)A.
Konsep
bentuk gerakan membuka kedua tangan dan menengadah ke langit yang diwujudkan
melalui material plat besi galvanis yang membentuk modul 5 jari tangan. Disusun
dengan sistem struktur waffle atau susunan dari grid yang membentuk kisi-kisi
tegak lurus. Bentukan tersebut dimaksudkan sedang berdoa memaknai dari nilai religius
yang diusung menjadi salah satu moto kota Tangerang Selatan yang tersemat dalam
lambang kotanya. Penempatan bentukan tangan berdoa pada bagian bawah tugu,
dimaksudkan sebagai nilai dasar pengingat dalam segala bentuk usaha maupun
aktivitas dalam menjalani hidup agar dimulai dengan berdoa.
KOTA.
Tugu Pamulang sebagai sebagai salah satu elemen fisik penanda kawasan yang diharapkan mampu mempresentasikan nilai-nilai karakter suatu kawasan. Sejarah kawasan Pamulang sendiri sangat beragam, salah satu ingatan sejarah yang coba diangkat adalah kawasan hijau. Hal ini diwujudkan melalui permukaan hijau vertikal atau bisa disebut sebagai vertical garden. Kehadiran vertical garden pada tugu ini juga bagian dari perwujudan visi kota Tangerang Selatan yang mengusung visi “Kota Cerdas”, yang di dalam uraiannya menyebutkan smart environment dan smart living.
Adapun sistem penyiraman nantinya didesain otomatis, dilengkapi keberadaan panel surya di bagian atas sebagai suplai listrik yang diharapkan non stop. Rangkanya pembentuk menggunakan material plat baja galvanis disusun tegak lurus, Adapun pada kisi-kisi pada bidang horizontal dipasang miring 45 derajat, dimaksudkan untuk mengarahkan distribusi jatuhnya air buangan siraman tanaman ke pot yang lain di bawahnya agar tidak terbuang sia-sia.
Sedangkan kisi-kisi pada bidang vertikal berbentuk melengkung yang berjumlah 7 pada setiap modulnya, representasi dari jumlah kecamatan administratif di kota Tangerang Selatan. Kehadiran elemen tanaman yang cukup masif ini juga diharapkan mampu memberikan dampak positif terhadap warga sekitar dan para pengguna jalan serta berperan untuk meminimalisir pencemaran udara dengan menyerap polutan di udara.
KENANGAN.
Bunderan Pamulang, begitu warga setempat akrab menyebutnya mempunyai kenangan tersendiri dalam ingatan masyarakat. Hingga pada puncaknya menjadi ramai diperbincangkan di dunia maya, terkait tidak tuntasnya perencanaan. Batasan desain yang mengharuskan tetap mempertahankan kondisi ekisting ini direspon dengan pendekatan adaptive reuse, sebagai sebuah strategi revitalisasi untuk mengolah dan menggunakan kembali.
Jejak digital tidak tuntasnya perencanaan Tugu Pamulang tidak dapat dihapus dalam memori kolektif masyarakat, Adapun respon olahan bentuk selubung fasad yang tidak terlalu massif menutupi rangka ekisting ini dimaksudkan agar tetap bisa melihat ketidaktuntasan masa lalu sebagai kenangan serta pelajaran berharga untuk masa kini dan masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar